ANDA pusing dengan tumpukan kertas yang tak berguna?
Tak perlu dibuang ke tong sampah atau dijual kiloan dulu. Sebab, kertas tak
berguna akan menjadi barang bernilai ekonomis jika berada di tangan orang yang
kreatif. Bahkan, ikut pula menyelamatkan bumi.
Di kampus UIN Jakarta, Kelompok Pecinta Alam (KPA)
Arkadia, membuat sebuah inspirasi baru bagaimana sampah kertas didaur-ulang
hingga menjadi kertas baru yang berguna. Hasilnya memang tak terlalu sempurna.
Namun, cara itu setidaknya dapat mengurangi tumpukan sampah kertas sekaligus
menyelamatkan lingkungan dari ancaman limbah sampah organik itu.
Menurut Samsul Umar, staf Arkadia, sampah-sampah
organik sebenarnya sangat mudah dimanfaatkan kembali. Selain dapat dijadikan
kompos atau media tanam, sampah organik seperti kertas juga bisa disulap
menjadi kertas baru yang berguna. “Di lingkungan kita pasti banyak sampah
kertas. Nah, jika didaur-ulang, tentu akan bermanfaat seperti untuk menulis
atau sebagai alat pembungkus,” ujarnya saat ditemui UIN Online di tempat
workshop peragaan kertas daur ulang di lapangan Student Center, Selasa
(8/6).
Namun, kata dia, pemanfaatan kembali kertas bekas tak
semata untuk tujuan ekonomis, tetapi yang paling penting adalah ikut serta
menyelamatkan bumi. Dengan mendaur-ulang kertas, misalnya, hal itu berarti
dapat mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku utama kertas. “Bayangkan,
jika pohon banyak ditebangi, bukan saja hutan menjadi gundul tapi bumi juga
kian panas,” dalih mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora semester akhir ini.
Karena itu, agar bumi terselamatkan, sejumlah langkah
penghematan penggunaan kertas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
setiap mencetak sedapat mungkin menggunakan kertas di kedua sisi (timbal balik)
atau kertas bekas. Kedua, menggunakan kertas daur ulang, dan ketiga
memanfaatkan alat elektronik (digital file) seperti komputer dan
internet baik untuk kepentingan surat-menyurat (e-mail) maupun
penyimpanan arsip.
Untuk penggunaan kertas hasil daur ulang, Samsul
menyarankan agar tak buru-buru dulu membeli di toko kertas yang
belakangan banyak dijual. Sebab, pembuatan daur ulang kertas dapat dilakukan
sendiri secara mudah dan dengan alat sederhana.
Dia menjelaskan, beberapa cara untuk membuat daur
ulang kertas itu dapat dilakukan sebagai berikut. Siapkan bahan-bahan yang
dibutuhkan, seperti papan triplek kain tipis, screen (biasa digunakan
sebagai alat menyablon) dengan kerapatan 36 atau 38 berukuran 25 x 25
centimeter atau 35 x 45 centimeter, rakel (alat perata), blender, bak besar
berukuran 60 x 70 centimeter atau ember, kertas-lertas bekas (limbah), pewarna
alami atau buatan, pemutih, dan lem kayu.
Langkah pertama dalam pembuatan kertas daur ulang,
kertas bekas seperti koran, hvs berbagai ukuran, atau karton terlebih dahulu
disobek-sobek kecil dan direndam dalam air selama sekitar dua hingga empat jam
(bergantung jenis kertas, semakin tebal semakin membutuhkan waktu lama perendaman).
Untuk memperoleh hasil kertas baru yang baik, rendaman kertas juga dapat
dilakukan dengan blender hingga halus dan menjadi bubur (pulp) dengan
perbandingan 1 gelas kertas dan 3 gelas air. Blender juga sekitar satu setengah
sendok teh lem kayu sebagai perekat. Langkah kedua, masukkan bubur kertas ke
dalam bak persegi berisi air dengan perbandingan 15 liter air dan 3 liter bubur
kertas.
Langkah ketiga, masukkan screen yang sudah
dibingkai persegi (ukuran disesuaikan) ke dalam bak hingga terendam dan angkat
(tiriskan). Pastikan bubur kertas merata di atas permukaan screen.
Setelah itu, siapkan dan pasang papan triplek yang sudah dibasahi air dengan
kemiringan 45 derajat. Tempelkan screen pada papan tadi lalu gosok
beberapa kali dengan rakel di atas permukaan screen hingga airnya turun.
Jika sudah selesai jemur dan keringkan. Kemudian kertas pun siap dipergunakan.
Ulangi semua langkah di atas dengan cara yang sama
untuk memperoleh jumlah kertas daur ulang yang diinginkan. Hanya saja, hasil
tersebut kemungkinan kurang optimal, misalnya tekstur dan permukaan kertas yang
tidak merata atau halus. Jika ingin menghasilkan kertas berwarna, dapat juga
diberi zat pewarna alami seperti kunyit (kuning), daun jadi (merah), gambir
(hitam), daun pandan (hijau), dan pacar cina (merah muda).
“Jadi, caranya memang praktis dan mudah meskipun
menggunakan alat sederhana,” kata Samsul seraya memperlihatkan beberapa kertas
hasil daur ulang yang dibuat tim Arkadia.
Meski demikian, kertas daur ulang yang dibuat tim
Arkadia hingga kini tidak diproduksi secara massal, apalagi untuk kepentingan
komersil. Tim Arkadia hanya ingin memperlihatkan kepada publik bahwa dengan
cara seperti itulah kertas-kertas yang tak berguna di kantor, sekolah, dan
bahkan di rumah dapat didaur-ulang. “Daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan
lagi sambil berkreasi. Di samping itu, juga untuk menyelamatkan bumi yang kini
sudah panas akibat hilangnya sebagian pohon karena ditebang maupun dibalak,”
seloroh Samsul tanpa bermaksud mempromosikan Arkadia, lembaga kemahasiswaan
yang concern terhadap lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar