Jangan langsung membuang plastik bekas wadah makanan. Ada saja yang masih bisa digunakan. Daripada dibuang jadi sampah, lebih baik Anda modifikasi untuk mempercantik rumah. Botol susu plastik misalnya. Botol-botol bekas yang sekilas tidak berguna itu ternyata bisa disulap jadi kap lampu yang unik. Hanya perlu cat minyak dan sedikit kreativitas untuk menggambar, maka botol susu bekas Anda akan berubah menjadi lampu yang cantik. Caranya mudah kok. Pertama-tama bersihkan botol susu bekas. Gambar dan modifikasi sesuai dengan selera Anda. Buatlah sambungan lampu, bohlam kecil dan kabel lengkap dengan stekernya. Setelah selesai, masukkan bohlam ke dalam botol susu yang sudah dihias tadi. Selanjutnya Anda tinggal menyambungkan steker ke aliran listrik dan nikmati lampu unik hasil kreatifitas Anda, Pemakaian kembali sampah plastik akan mengurangi timbunan sampah plastik yang tidak dapat diuraikan kembali oleh alam. Jadi Anda bisa mempercantik rumah, sambil menjaga kelestarian alam. Sumber: http://www.detikhot.com/read/2008/04/17/153341/925032/233/lampu-unik-dari-botol-susu
ANDA pusing dengan tumpukan kertas yang tak berguna?
Tak perlu dibuang ke tong sampah atau dijual kiloan dulu. Sebab, kertas tak
berguna akan menjadi barang bernilai ekonomis jika berada di tangan orang yang
kreatif. Bahkan, ikut pula menyelamatkan bumi.
Di kampus UIN Jakarta, Kelompok Pecinta Alam (KPA)
Arkadia, membuat sebuah inspirasi baru bagaimana sampah kertas didaur-ulang
hingga menjadi kertas baru yang berguna. Hasilnya memang tak terlalu sempurna.
Namun, cara itu setidaknya dapat mengurangi tumpukan sampah kertas sekaligus
menyelamatkan lingkungan dari ancaman limbah sampah organik itu.
Menurut Samsul Umar, staf Arkadia, sampah-sampah
organik sebenarnya sangat mudah dimanfaatkan kembali. Selain dapat dijadikan
kompos atau media tanam, sampah organik seperti kertas juga bisa disulap
menjadi kertas baru yang berguna. “Di lingkungan kita pasti banyak sampah
kertas. Nah, jika didaur-ulang, tentu akan bermanfaat seperti untuk menulis
atau sebagai alat pembungkus,” ujarnya saat ditemui UIN Online di tempat
workshop peragaan kertas daur ulang di lapangan Student Center, Selasa
(8/6).
Namun, kata dia, pemanfaatan kembali kertas bekas tak
semata untuk tujuan ekonomis, tetapi yang paling penting adalah ikut serta
menyelamatkan bumi. Dengan mendaur-ulang kertas, misalnya, hal itu berarti
dapat mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku utama kertas. “Bayangkan,
jika pohon banyak ditebangi, bukan saja hutan menjadi gundul tapi bumi juga
kian panas,” dalih mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora semester akhir ini.
Karena itu, agar bumi terselamatkan, sejumlah langkah
penghematan penggunaan kertas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
setiap mencetak sedapat mungkin menggunakan kertas di kedua sisi (timbal balik)
atau kertas bekas. Kedua, menggunakan kertas daur ulang, dan ketiga
memanfaatkan alat elektronik (digital file) seperti komputer dan
internet baik untuk kepentingan surat-menyurat (e-mail) maupun
penyimpanan arsip.
Untuk penggunaan kertas hasil daur ulang, Samsul
menyarankan agar tak buru-buru dulu membeli di toko kertas yang
belakangan banyak dijual. Sebab, pembuatan daur ulang kertas dapat dilakukan
sendiri secara mudah dan dengan alat sederhana.
Dia menjelaskan, beberapa cara untuk membuat daur
ulang kertas itu dapat dilakukan sebagai berikut. Siapkan bahan-bahan yang
dibutuhkan, seperti papan triplek kain tipis, screen (biasa digunakan
sebagai alat menyablon) dengan kerapatan 36 atau 38 berukuran 25 x 25
centimeter atau 35 x 45 centimeter, rakel (alat perata), blender, bak besar
berukuran 60 x 70 centimeter atau ember, kertas-lertas bekas (limbah), pewarna
alami atau buatan, pemutih, dan lem kayu.
Langkah pertama dalam pembuatan kertas daur ulang,
kertas bekas seperti koran, hvs berbagai ukuran, atau karton terlebih dahulu
disobek-sobek kecil dan direndam dalam air selama sekitar dua hingga empat jam
(bergantung jenis kertas, semakin tebal semakin membutuhkan waktu lama perendaman).
Untuk memperoleh hasil kertas baru yang baik, rendaman kertas juga dapat
dilakukan dengan blender hingga halus dan menjadi bubur (pulp) dengan
perbandingan 1 gelas kertas dan 3 gelas air. Blender juga sekitar satu setengah
sendok teh lem kayu sebagai perekat. Langkah kedua, masukkan bubur kertas ke
dalam bak persegi berisi air dengan perbandingan 15 liter air dan 3 liter bubur
kertas.
Langkah ketiga, masukkan screen yang sudah
dibingkai persegi (ukuran disesuaikan) ke dalam bak hingga terendam dan angkat
(tiriskan). Pastikan bubur kertas merata di atas permukaan screen.
Setelah itu, siapkan dan pasang papan triplek yang sudah dibasahi air dengan
kemiringan 45 derajat. Tempelkan screen pada papan tadi lalu gosok
beberapa kali dengan rakel di atas permukaan screen hingga airnya turun.
Jika sudah selesai jemur dan keringkan. Kemudian kertas pun siap dipergunakan.
Ulangi semua langkah di atas dengan cara yang sama
untuk memperoleh jumlah kertas daur ulang yang diinginkan. Hanya saja, hasil
tersebut kemungkinan kurang optimal, misalnya tekstur dan permukaan kertas yang
tidak merata atau halus. Jika ingin menghasilkan kertas berwarna, dapat juga
diberi zat pewarna alami seperti kunyit (kuning), daun jadi (merah), gambir
(hitam), daun pandan (hijau), dan pacar cina (merah muda).
“Jadi, caranya memang praktis dan mudah meskipun
menggunakan alat sederhana,” kata Samsul seraya memperlihatkan beberapa kertas
hasil daur ulang yang dibuat tim Arkadia.
Meski demikian, kertas daur ulang yang dibuat tim
Arkadia hingga kini tidak diproduksi secara massal, apalagi untuk kepentingan
komersil. Tim Arkadia hanya ingin memperlihatkan kepada publik bahwa dengan
cara seperti itulah kertas-kertas yang tak berguna di kantor, sekolah, dan
bahkan di rumah dapat didaur-ulang. “Daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan
lagi sambil berkreasi. Di samping itu, juga untuk menyelamatkan bumi yang kini
sudah panas akibat hilangnya sebagian pohon karena ditebang maupun dibalak,”
seloroh Samsul tanpa bermaksud mempromosikan Arkadia, lembaga kemahasiswaan
yang concern terhadap lingkungan.
Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini, terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang melebihi batas. Dengan teknologi yang tepat, sampah yang tadinya menjadi masalah sebagai barang buangan, kotor, berbau, menimbulkan penyakit dan mencemari lingkungan dapat menjadi barang yang bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sampah anorganik bisa membantu mengembangkan industri daur ulang (recycling). Kertas bekas akan di daur ulang oleh industri kertas, sampah plastik dan kaca akan di daur ulang menjadi bahan baku industri, sedangkan sampah organik dapat mengembangkan industri pengolah kompos menjadi pupuk organik dan juga dapat diolah menjadi industri energi/industri bahan bangunan.
Daur ulang adalah salah satu cara yang digunakan untuk meminimalkan jumlah sampah yang ada untuk meningkatkan nilai ekonomisnya menjadi barang-barang yang berguna. Daur ulang merupakan proses untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Salah satu usaha daur ulang adalah daur ulang pada produk berbahan kaca. Banyak cara yang digunakan oleh para pengrajin untuk memanfaatkan kaca-kaca bekas sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan. Salah satunya adalah benda seni berupa kerajinan gelas dari bahan pecahan kaca. Selain terkesan mewah, bentuknya yang unik akan menarik para konsumen. Ini bisa menjadi peluang bisnis yang cukup menggiurkan dengan kerajinan berbahan baku pecahan kaca.
Bahan yang dibutuhkan adalah pecahan kaca atau pecahan botol bekas, toples bekas dan apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu 1.500 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca itu dibentuk sesuai dengan keinginan. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.
Berbagai bentuk dapat di bentuk dari limbah-limbah kaca itu menjadi bentuk baru dengan nilai tambah didalamnya. Mulai vas, kap lampu, maupun bentuk baru berupa mainan, antara lain, berbentuk senjata api, kereta api, mobil, helikopter, sepeda motor, andong, becak, dan alat musik drum. Harga yang ditawarkan pun cukup bervariasi yaitu mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 15 juta tergantung ukuran dan tingkat kerumitan proses pembuatan.
Kain perca yang merupakan limbah di pabrik konveksi ternyata masih bisa dibuat menjadi barang yang cukup punya nilai. Salah satunya dengan handicraft design mengubahnya menjadi kain lap dan bisa berfungsi menjadi souvenir handicraft.
Mengubah design handicraft kain perca menjadi lap sesungguhnya sederhana saja. Bila kain perca masih cukup besar tinggal dipotong sesuai kebutuhan, kemudian dijahit pinggirannya. Kalau potongannya merupakan potongan kecil-kecil, kain perca itu disambung-sambung sehingga menghasilkan ukuran design souvenir yang dikehendaki.
Karena kualitas bahan dan ukuran kain perca itu sangat beragam, kualitas lap dan design kerajinan yang dihasilkannya pun sangat beragam. Kain lap dari kerajinan barang bekas yang paling mahal adalah yang berwarna putih dan tebal, berukuran 10 cm x 15 cm. Untuk jenis ini harganya bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram. Bila bahan barang kerajinannya tidak terlalu tebal, kain lap bisa dibikin dua lapis, namun harganya turun menjadi Rp 3.500 per kilogram. Kelas kerajinan handicraft di bawahnya lagi adalah lap berukuran 5 cm x 15 cm, bahan berbagai warna. Untuk yang berbahan tebal sehingga hanya perlu satu lapisan harganya Rp 2.500 per kilogram, sedangkan yang tipis sehingga perlu dua lapis harganya Rp 1.500 per kilogram. Kesemuanya itu berasal dari barang bekas.
Harga paling rendah jika lap handicraft design atau souvenir handicraft yang terbuat dari kain perca yang kecil-kecil. Sedemikian kecilnya design handicraft bahkan kebanyakan hanya selebar pita. Karena design souvenir atau design kerajinan tersebut kecil maka kain perca itu dijahit secara melintang. Dengan jahitannya yang lintang melintang sedemikian rupa, kain lap hasil kerajinan barang bekas itu menjadi yang paling tebal namun paling murah harganya, yakni Rp 1.000 per kilogram.
Begitulah di tangan produsen barang bekas kain lap itu tidak ada potongan perca yang tidak dapat dimanfaatkan. Sekecil apapun tetap diusahakan untuk disambung menjadi kerajinan handicraft seperti kain lap. anda tertarik dengan kerajinan gantungan, tas dan dompet, miniatur pera atau kuningan, figura?
Botol plastik
sering kali hanya menempati tong sampah tatkala kita telah menghabiskan
isinya. Namun ternyata botol bekas tersebut masih dapat di daur ulang
menjadi vas bunga yang sangat menarik dengan penampilan mirip vas bunga
dari kaca kristal halus.
Info ini saya peroleh dari Wiki How. Berikut cara pembuatannya :
1. Tandai dan Potong botol hingga tinggi sekitar 7 - 8 cm
2. Setelah terpotong rata, iris botol seperti gambar berikut
3. Tekan dengan hati-hati dan lipat keluar irisan sebagaimana gambar berikut
4. Tekan botol dalam keadaan terbalik pada bidang datar untuk memastikan bahwa lipatan kita menjadi rata
5. Lipat ke dalam salah satu strip ke bagian dalam dari dua strip berselang
6. Lipat lagi satu di sampingnya dengan cara yang sama
7. Lipat lagi yang lainya
8. Lipat semua sampai habis sehingga tampak hasilnya seperti gambar berikut
1. Ketika di
kendaraan umum:
Jepang: Orang2 pada baca buku atau tidur.
Indonesia: Orang2 pada ngobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi cekikikan, ngelamun dan
tidur.
2. Ketika makan dikendaraan umum:
Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau dimasukkan ke
dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.
Indonesia: Dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar
ke luar jendela.
3. Ketika dikelas:
Jepang: Yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.
Indonesia: Yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.
4. Ketika dosen memberikan kuliah:
Jepang: Semua mahasiswa sunyi senyap mendengarkan dengan serius.
Indonesia: Tengok ke kiri, ada yg ngobrol. Tengok ke kanan, ada yg baca komik.
Tengok ke belakang, pada tidur. Cuman barisan depan aja yg anteng dengerin, itu
pun karena duduk pas di depan hidung dosen!
5. Ketika diberi tugas oleh dosen:
Jepang: Hari itu juga, siang/malemnya langsung nyerbu perpustakaan atau browsing internet buat cari data.
Indonesia: Kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari ini!
6. Ketika terlambat masuk kelas:
Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan
ekspresi malu + menyesal gak akan mengulangi lagi.
Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi
ke dosen sama sekali.
7. Ketika dijalan raya:
Jepang: Mobil sangat jarang (kecuali di kota besar). Padahal jepang kan negara
produsen mobil terbesar di dunia, mobilnya pada ke mana ya?
Indonesia: Jalanan macet, parkiran dimana-mana, dan yang nyeleneh banyaknya
para anak remaja labil yang pamer suara rombeng knalpot.
8. Ketika jam kantor:
Jepang: Jalanan sepiiiii banget, kayak kota mati.
Indonesia: Banyak oknum pake seragam putih abu-abu pada keluyuran di mall-mall.
9. Ketika buang sampah:
Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah
khusus organik, sampah anorganik dibuang di tempat sampah anorganik.
Indonesia: Mau organik kek, anorganik kek, bangke binatang kek, semuanya
tumplek jadi 1 dalam kantong kresek.
10. Ketika berangkat kantor:
Jepang: Berangkat naik kereta/bus kota. Mobil cuma dipake saat acara keluarga
atau yg bersifat mendesak aja.
Indonesia: Gengsi dooonk… Masa’ naik angkot?!
11. Ketika janjian ketemu:
Jepang: Ting…tong…semuanya datang tepat pada jam yg disepakati.
Indonesia: Salah 1 pihak pasti ada dibiarkan sampai berjamur & berkerak gara2
kelamaan nunggu!
12. Ketika berjalan dipagi hari:
Jepang: Orang2 pada jalan super cepat kayak dikejar doggy, karena khawatir
telat ke kantor/sekolah.
Indonesia: Nyantai aja cing…! Si boss juga paling datengnya telat!